
Bumi Langit Kita
Bumi Langit
Jika aku dan kamu seperti bumi langit yang katanya tidak bisa bersama, aku tidak percaya.
Apakah kamu lupa bahwa diantara bumi langit terkadang ada hujan yang setiap tetesnya menyatukan kita.
Saat tak ada hujan, matahari menampakkan muka dan partikel sinarnya menjadi jembatan yang mengubungkan kita.
“Bagaimana jika tak ada hujan tak ada matahari?”
Apakah kamu lupa bahwa ada gas alam yang setiap waktu seperti menjadi tali yang mengikat kita, bumi langit.
Bumi dan Langit
Sering kita mendengar “bagai bumi dan langit“. Artinya adalah dua hal yang berbeda jauh dan tidak bersesuaian satu sama lain. Memang berbeda jauh, tapi apakah tidak bisa bersama dan saling mengisi satu sama lain. Langit dengan segala prosesnya dan bumi dengan segala sumber dayanya. Bumi dan langit berbeda, namun justru perbedaan itulah yang memberikan kehidupan dalam kebersatuannya.
Bumi dan langit sepertinya memang tidak pernah dinasibkan untuk bersatu. Jarak membuatnya sempurna. Lebih romantis dari persatuan yang terkadang memberikan bencana. Jika memang ingin bersatu sebenarnya bumi dan langit bisa saja meminta bantuan udara untuk menyatukannya. Jadi sebenarnya tidak ada yang tidak bisa, semuanya bisa terjadi meskipun hampir mustahil untuk dijalani.
Udara bagaikan bayi yang lahir dari perkawinan bumi langit. Bumi memberikan tumbuhan dan langit membatasinya agar oksigen tidak keluar. Bumi memberikan air kehidupan dan langit memberikan hujan. Bumi langit simbol dari kesempurnaan dari sebuah ciptaan.

